Seluruh pengabdian yang dilakukan oleh hamba untuk Rabbnya harus dilandasi dengan cinta, selain rasa khauf/takut dan raja’/berharap. Dia meman
g Dzat yang sangat dicintai oleh para hamba-Nya yang beriman. Selain ditakuti murka, azab, dan siksa-Nya, bersamaan dengan itu diharapkan pula pengampunan, pahala, dan rahmat-Nya. Oleh itu, hamba yang benar-benar takut kepada-Nya akan terus mendekat kepada-Nya dengan melakukan ketaatan yang ikhlas, sejajar dengan bimbingan Rasulullah dengan perasaan penuh cinta dan berharap.
Namun begitu, pengakuan cinta semata-mata kepada Allah tanpa diiringi oleh ibada ketaatan dan menjauhi maksiat tidak ada nilainya serta tidak mampu menyelamatkan seorang hamba di akhirat kelak.
Di kalangan hamba pula ada yang kosong hatinya dari cinta kepada Allah karena telah dipenuhi oleh cinta yang batil, seperti cinta kepada sembahan selain Allah , cinta kepada dunia, nafsu, dan syahwat. Kalaupun ada tersisa cintanya kepada Allah namun cintanya itu telah ternoda.
Al-Imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya al-Jawabul Kafi atau ad-Da’u wad Dawa’ (hlm. 292—293), t membagi cinta menjadi empat jenis (yang kelima tambahan) yang mana setiap satuanya harus kita bezakan agak tidak terkeliru;
1) Mahabbatullah; cinta kepada Allah
2) Mencintai apa yang dicintai oleh Allah
3) Cinta untuk Allah dan kerana Allah.
4) Mencintai sesuatu dengan kadar yang sama dengan cinta kepada Allah.
5) Mahabbah thabi’iyah, yaitu kecondongan seseorang kepada sesuatu mengikut tabiat dan seleranya.
Insyallah Allah kita akan bercerita lagi tentang apa yang dimaksudkan oleh Al-Imam Ibnul Qayyim dalam kesempatan yang mendatang. Moga mendapat manfaat daripadanya.
Dipetik dari tulisan,
Abu Nabiilah
No comments:
Post a Comment